Setiap manusia selalu ingin hidup bagaia, kebahagiaan adalah tujuan utama dari manusia yang hidup di dunia ini. Tetapi apakah itu Bahagia?
bahagia/ba·ha·gia/ 1 n keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): -- dunia akhirat; hidup penuh --; 2 aberuntung; berbahagia: saya betul-betul merasa -- karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga;
berbahagia/ber·ba·ha·gia/ a 1 dalam keadaan bahagia; bahagia; 2 v menikmati kebahagiaan; bahagia;
membahagiakan/mem·ba·ha·gi·a·kan/ v 1 menjadikan (membuat) bahagia: ia berusaha keras - keluarganya; 2 mendatangkan rasa bahagia: kehadirannya sangat - keluarganya;
kebahagiaan/ke·ba·ha·gi·a·an/ n kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin: kehadiran bayi itu mendatangkan - dalam rumah tangganya; saling pengertian antara suami dan istri akan membawa - dalam rumah tangganya
bahagia/ba·ha·gia/ 1 n keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan): -- dunia akhirat; hidup penuh --; 2 aberuntung; berbahagia: saya betul-betul merasa -- karena dapat berada kembali di tengah-tengah keluarga;
berbahagia/ber·ba·ha·gia/ a 1 dalam keadaan bahagia; bahagia; 2 v menikmati kebahagiaan; bahagia;
membahagiakan/mem·ba·ha·gi·a·kan/ v 1 menjadikan (membuat) bahagia: ia berusaha keras - keluarganya; 2 mendatangkan rasa bahagia: kehadirannya sangat - keluarganya;
kebahagiaan/ke·ba·ha·gi·a·an/ n kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin); keberuntungan; kemujuran yang bersifat lahir batin: kehadiran bayi itu mendatangkan - dalam rumah tangganya; saling pengertian antara suami dan istri akan membawa - dalam rumah tangganya
Banyak sekali penafsiran-penafsiran mengenai kebahagiaan, ada yang berkata bahwa mereka bahagia bila memenangkan sesatu, yang lain mengatakan bahagia bila tidak ada masalah, dan yang lainya mengatakan bahagia bila melihat orang lain bahagia, dan sebagainya.
Ternyata deskripsi kebahagiaan sangatlah subjektif dan saya tidak akan membahas deskripsi-deskripsi tersebut, yang saya akan bahas adalah mengapa kebahagiaan kita kadang kala bersifat hanya sementara?.
Contoh sederhananya, (Pengalaman pribadi) Kemarin saya sedang menonton film Komedi di Youtube saya sangat bahagia dan tertawa terpingkal-pingkal, namun di pertengahan film tiba-tiba listrik padam dan wifi yang saya gunakan mati, dan saat itulah kebahagiaan saya tiba-tiba hilang, dan di ganti dengan rasa marah dan umpatan.
Atau ketika kita sedang asik menonton film kesukaan kita lalu tiba-tiba datang seorang keluarga kita dan menganti siaran tv yang kita tonton bagaimanakah perasaan kita?, saya berani berkata kebahagiaan kita langsung hilang pada saat itu juga.
Dan masih banyak contoh-contoh lain yang mengambarkan betapa kebahagiaan kita kadang kala hanya bersifat sementara waktu dan bahkan tidak bertahan dalam sehari, suasana hati kita sangat mudah untuk berubah-ubah dan kadang kala kita bingung mengapa hal itu terjadi.
Suatu ketika saya merenung dan memikirkan "mengapa kebahagiaan yang saya rasakan tiba-tiba lenyap hanya dengan kejadian yang sepele?, toh nantinya kan listriknya mengalir lagi dan saya bisa lanjut menonton lagi? mengapa saya saat itu tidak berfikir ke arah sana malah sibuk menimbun diri dengan emosi negatif yang tidk perlu?".
Setelah lama merenung dan berfikir saya akhirnya mengingat sebuah pengalaman yang unik yang mungkin bisa membantu untuk memahami apa itu kebahagiaan yang sebenarnya, bagaimana cara agar kebahagiaan dalam hati kita tidak mudah pergi.
Cerita ini berawal ketika pertama kali saya di terima dalam organisasi OMK di gereja Santa Maria Babarsari, nah saat itu saya senang dan gembira serta bahagia karena kita akan melakukan siarah, ke Gua Maria Kereb Ambarawa, dan sepanjang perjalanan saya beriul-siul dan bernyanyi-nyanyi tiadahenti, karena ini pengalaman pertama saya pergi bersama-sama teman-teman baru untuk bersiarah. Ke sebuah tempat yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya.
Perjalanannya sangat jauh, dan melelahkan, namun karena saya sangat gembira saya tidak merasakan lelahnya perjalanan sampai ketika kami terjebak macet. Entah mengapa saat itu saya terkena 3 kali lampu merah dan disanalah kebahagiaan saya sirna, saya mulai lemas, dan mengerutu "Mengapa tak kunjung sampai?" sepnjang perjalanan saya di penuhi emosi negatif, hingga tiba di tempat tujuan baru kebahagiaan saya muncul kembali.
Beberapa minggu setelah perjalan siarah tersebut, saya berjalan seorang diri di sekitaran jalan menunju ke arah Tugu Jogja, pada saat itu saya senang dan gembira sekali, waktu itu musim hujan, nah kala itu kegembiraan saya tiba-tiba menghilang karena melihat langit mendung dan hujan mulai turun, saya langsung memacu kendaraan saya dengan wajah yang gusar,(Wajah yang tidak enak) karena hujan yang semakin deras saya berhenti di emperan ruko yang sedang tutup bersama pengendara lain yang juga sedang berteduh.
Disana saya melihat ada orang gila. Pada awalnya saya tidak pikir pusing dengan orang gila itu, namun entah mengapa saya tertarik untuk mengamatinya( Mungkin waktu itu sedang bad mood dan bosan menunggu hujan reda) lalu setelah saya perhatikan orang gila itu, wajahnya berseri-seri seperti tidak ada beban dalam hidupnya, wajahnya bahagia dan kebahagiaan yang sangat tulus sekali, seperti seorang anak kecil yang masih polos.
Dia bermain dengan air hujan kadang kala dia tertawa saat air hujan menciprati wajahnya, lalu dia berjalan berputar-putar sembil bergerak-gerak seperti orang yang sedang kegirangan lalu diapun tidur di lantai dengan baju yang tidak layak, beralas semen dan berbantal tangan. Kemudian saya melihat wajahnya sangat tenang saat tidur dia langsung bisa tidur dengan tenang, dimana kadang kala saya sendiri tidak mudah untuk tidur, karena di bayang-bayangi dengan tugas-tugas dan segala macam urusan-urusan yang tidak pernah selesai.
Lalu badan saya muai kedinginan hujan mulai reda namun daya tahan tubuh saya mulai menurun, dan saya mulai bersin-bersin, saya memperhatikan orang gila tadi, sebelum kemudian saya pergi, saya melihat dia tetap tidur dengan nyenyaknya tanpa terusik dengan bunyi motor yang lewat di sekitarnya.
Lantas apa yang saya pelajari dari ke 2 pengalaman saya di atas?.
Pertama adalah setelah saya memikirkannya kebahagiaan itu seperti sebuah pintu atau sebuah alat yang harus di picu agar dia aktif atau agar dia bisa terbuka.
Kedua karena dia di buka dengan pemicu maka dia(Kebahagiaan) juga dapat di tutup dengan pemicu juga.
dan kadang kala untuk membuka lebih sulit daripada menutup.
Dan yang terakhir saya sudah menemukan pemicu untuk membuka pintu kebahagiaan dan agar dia bertahan lama, meskipun saya masih dalam fase latihan, dan juga kebahagiaan saya kadangkala tertutup juga namun jangka waktunya sedikit lebih lama dari yang sebelumnya.
Kunci ini saya dapatkan dari pengamatan terhadap orang gila itu (mungkin terdengar lucu, tetapi saya tidak menyarankan untuk menjadi gila dahulu agar bisa bahagia), yang saya dapatkan adalah, ketika saya berfikir bahwa dia adalah orang gila, yang terbesit dalam benak saya adalah "orang gila itu hidup berdasarkan naluri mereka, jika lapar mereka makan jika ngantuk mereka tidur, mereka di penuhi dengan kebahagiaan dan cinta."
Cinta??, mungkin anda merasa heran mengapa saya mengatakan mereka di penuhi cinta, menurut saya cinta adalah kunci untuk membuka pintu kebahagiaan, cinta yang saya maksudkan bukan cinta yang di mengerti anak muda jaman sekarang.
Tapi cinta yang saya maksudakan adalah belas kasih, kerendahan hati, syukur, dan pengampunan, serta keikhlas. Meskipun orang gila tersebut sudah tidak memiliki fikiran rasional, tidak memiliki logika lagi, atau tidak memiliki rasa malu. Namun mereka masih memiliki cinta yang tulus dan keluar seluruhnya karena tidak lagi di kekang oleh fikiran rasional dan logika-logika yang terkadang membebani rasa cinta itu sendiri.
Hai ini di buktikan ketika mereka ngantuk mereka tidur, ketika lapar meraka makan, tidak peduli apa yang mereka makan yang penting makan, tidak peduli dimana mereka tidur dan apa cuacanya, yang penting tidur. Dan mereka tidak pernah sakit atau merasakan kepanikan yang berlebihan seperti kita yang menganggap diri normal. Itu terjadi karena mereka masih memiliki cinta dan belas kasih kepada diri mereka sendiri.
Kita harus melatih untuk menumbuhkan rasa Cinta itu, rasa empati, rasa belas kasih, kerendahan hati, ke ikhlasan, dan syukur. karena inilah kunci dari pintu kebahagiaan kita yang sebenarnya.
Kadangkala kita membuka pintu kebahagiaan bukan dengan kunci yang tepat, ya! mungkin terbuka tapi karena kuncinya yang kurang tepat maka pintunya pasti akan tertutup lagi.( tidak terbuka dalam waktu yang lama)
Kunci kebahagiaan ini terkadang kita tutup baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Dan kita tekan dengan segala kesibukan kita, segala urusan, segala tekanan segala masalah kita, sampai kita melupakan diri kita sendiri, sampai mengabaikan kesehatan diri sendiri, terkadang kita lebih mengikuti ambisi kita untuk mencapai apa yang sebenarnya belum tentu kita inginkan, dan berharap menemukan kebahagiaan setelahnya, namun sesudah itu kita akan lapar lagi.
Kebahagiaan kita sirna karena tidak di buka dengan kunci yang tepat, kita mencari lagi dan tidak pernah puas dan terus seperti itu dan kita akhirnya masuk ke dalam sebuah lingkaran, yang tidak terputus untuk mencari kebahagiaan semu, belaka.
Kita harus belajar dari orang gila, mungkin terdengar konyol atau anda menganggap saya gila, namun yang bisa kita pelajari dari orang gila itu adalah mereka bisa keluar dari lingkaran terebut karena mengutamakan Cint dan kawan-kawanya ( Empati, Belaskasih, Syukur, Kerendahan hati, dan Ikhlas), sehingga masalah-masalah kehidupan sama sekali tidak mempengaruhi, keadaan fisik maupun mental mereka.
Dan bukan berarti kita harus menjadi gila dulu agar bisa keluar dari lingkaran, tersebut. Tetapi Kita juga bisa keluar dari lingkaran tersbut kalau kita menyadari apa yang sebenarnya kita inginkan dan menumbuhkan rasa cinta dalam diri kita, niscaya hidup akan bergairah dan bermakna.
Mengatakan memang mudah tapi melakukanya sangat sulit, dan saya sedang dalam proses untuk menumbuhkan Cinta dalam hati agar selalu berbahagia meskipun di terpa badai kehiupan ini,
Badai pasti akan berlalu.
Jika anda fikir anda bisa, Anda Benar
Jika anda fIkir anda tidak bisa, Anda Benar
-Henry Ford-
Kunci kebahagiaan adlh diri kita sendiri. Mengatur cara berpikir, berasa dan bertindak. Mengatur emosi, mensikapi sebuah situasi dan berdamai dg segala yg terjadi dlm kehidupan.
ReplyDeleteterimakssih atas sharingnya, sr Rustika
ReplyDelete